Sunday, September 16, 2012

gambaran pengetahuan Ibu tentang aktivitas seksual selama kehamilan


BAB I 
PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang 
Hampir setiap pasangan selama sembilan bulan kehamilan akan
mengalami beberapa perubahan dalam hubungan seksual mereka, terlepas
dari apakah perubahan itu berupa sama sekali tidak adanya hubungan seksual
atau menjadi sedikit tidak nyaman atau malah lebih baik dari biasanya.
Pada salah satu penelitian 54% dari wanita melaporkan adanya
penurunan libido pada trimester pertama. Pada satu kelompok wanita, hanya
21% yang tidak mengalami atau sedikit mengalami kenikmatan seks sebelum
kehamilan. Presentasi wanita yang tidak mengalami kenikmatan seksual ini
meningkat menjadi 41% pada minggu kedua kehamilan, dan 59% memasuki
bulan kesembilan. Tetapi cukup menggembirakan bahwa penelitian juga
menemukan bahwa lebih dari 4 dari 10 wanita masih menikmati seks pada
saat ini dan lebih dari setengahnya dapat mengalaminya tanpa masalah
Walaupun ada perbedaan antara satu pasangan dengan pasangan
lainnya. Pola naik turunnya minat seksual pada umumnya sama selama tiga
trimester kehamilan. Bagaimanapun keletihan, mual, muntah dan nyeri tekan
pada payudara membuat si calon ibu bukan pasangan yang baik di tempat
tidur, namun pada beberapa wanita yang mengalami trimester pertama dengan
nyaman, gairah seksualnya dapat bertahan sama seperti sebelumnya atau
 meningkat. Meskipun tidak selalu, minat seksual ini seringkali meningkat
pada trimester kedua, ketika kedua pasangan secara fisik dan psikologis sudah
lebih terbiasa dengan adanya kehamilan dan biasanya menurun kembali pada
trimester ketiga atau mendekati persalinan, bahkan lebih  drastis daripada
yang terjadi pada trimester pertama, tentu karena beberapa alasan yang begitu
jelas: pertama, membesarnya perut, nyeri dan rasa tidak nyaman pada
kehamilan tua: dan ketiga, pada akhir trimester ketiga akan sulit untuk
memusatkan perhatian pada hal lain karena kecemasan dan ketegangan
menantikan saat yang ditunggu-tunggu
Satu masalah yang menganggu beberapa wanita adalah karena mereka
tidak dapat berbaring terlentang pada saat hamil tua. Jika mereka berbaring
dalam posisi ini akan membuat, tekanan darah akan turun dengan drastis.
Keadaan seperti ini akan membuat mereka seperti pingsan, berkeringat dan
pucat sekali. Kondisi semacam ini dikenal dengan nama “Sindroma hipotensif”
dan disebabkan oleh penekanan uterus yang membesar (karena hamil) pada
pembuluh darah besar (vena cava inferior), penekanan ini meyebabkan
terhambatnya aliran darah dari bagian bawah ke jantung, jika berbalik ke
posisi miring, gejala tersebut akan hilang dan wanita tersebut merasa lebih
baik (Close, 2008)
Dari kenyataan diatas, sangat dianjurkan pasangat mencoba berbagai
posisi pada kehamilan muda (apabila mereka belum pernah mencobanya
selama itu). Dengan usaha tersebut diharapkan pada usia kehamilan tua,
keduanya dapat menyesuaikan diri dengan lebih mudah. Mereka dapat
misionari (yaitu, berhadapan dengan tubuh suami di atas si istri) (Close,
2008). 
Berdasarkan data-data diatas penulis akan mengadakan penelitian
dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Aktivitas Seksual Selama
Kehamilan”

1.2 Perumusan Masalah 
Dari data diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah, bagaimana
gambaran pengetahuan Ibu tentang aktivitas seksual selama kehamilan ?

1.3 Tujuan Penelitian 
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan Ibu tentang aktivitas seksual selama kehamilan. 
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang aktivitas
seksual selama kehamilan. 

1.4 Manfaat Penelitian  
1. Bagi Peneliti
Untuk melakukan penelitian guna menambah pengetahuan tentang
gambaran pengetahuan ibu mengenai aktivitas seksual selama kehamilan. 

2. Bagi Profesi
Sebagai tambahan pengetahuan yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusna guna untuk membantu
memecahkan masalah klien. 
3. Bagi Institusi 
Sebagai tambahan pengetahuan bagi pendidikan supaya dapat
mengembangkan penelitian pada penelitian selanjutnya. 
4. Bagi Klien 
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan klien tentang
gambaran seksual selama kehamilan.

2.1 Konsep Pengetahuan 
2.1.1 Pengertian 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoadmojo, 2003 : 127 – 128). 

2.1.2 Tingkatan 
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai
6 tingkat yakni : 
2.1.2.1 Tahu (know) 
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recail) terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima, karenanya “tahu” adalah
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
 6
antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendiskusikan,
menyatakan, dan sebagainya. 
2.1.2.2 Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. 
2.1.2.3 Aplikasi (Application) 
 Aplikasi diartikan sebagai kemampuna untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan,
aplikasi atau penggunaan hukum, teks atau situasi yang lain.
Misalnya dalam konteks atau situasi yang lain, misalnya dalam
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan
hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip siklus pemecahan
masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah
keseharian dari kasus yang diberikan. 
2.1.2.4 Analisis (Analysis) 
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi
masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih
 7
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan memisahkan, mengelompokkan
dan sebagainya. 
2.1.2.5 Sintesis (Synthesis) 
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada, misalnya : dapat menyusun,
dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada. 
2.1.2.6 Evaluasi (Evaluation) 
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada misalnya : dapat membandingkan anak-anak yang
cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi. 
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden
 8
kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.

2.1.3 Cara memperoleh Pengetahuan 
Dari berbagai cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : 
2.1.3.1 Cara tradisional atau non ilmiah meliputi 
1. Cara coba salah (trial and error)
Cara ini dipakai seseorang untuk memecahkan
masalah dengan coba-coba saja apabila tidak berhasil
mencoba kemungkinan yang lain, demikian seterusnya
sampai masalah dapat dipecahkan.
2. Cara kekuasaan Otoritas 
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kebiasaan-
kebiasaan yang dilakukan orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan ini
biasanya diwariskan dari generasi ke generasi. Kebiasaan-
kebiasaan tersebut seolah-olah diterima dari sumbernya
sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan
tersebut diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan
baik tradisi otoritas pemerintah, pemimpin agama maupun
ahli ilmu pengetahuan. 


 9
3. Berdasarkan pengalaman pribadi 
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
dari pengalaman dengan cara mengulang kembali dari
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah di
masa lalu. Apabila gagal seseorang tidak akan mengulang
cara tersebut dan berusha mencari cara lain sehingga
masalah terpecahkan. 
4. Melalui jalan pikiran  
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan, cara
berpikir manusiapun ikut berkembang. Manusia mulai
menggunakan jalan pikirannya untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan baik melalui induksi maupun
deduksi. Induksi adalah proses penarikan kesimpulan
yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke
pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan deduksi
adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan
umum ke khusus. 
2.1.3.2 Cara modern atau cara mudah 
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. 

 10
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan 
2.1.4.1 Pendidikan 
Menurut Soewarno (1992), Pendidikan berarti
bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita
tertentu (Nursalam, 2001 : 132). Pendidikan merupakan
penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya
yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan menurut
Kuncoroningrat (1997) makin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2001 :
132)
2.1.4.2 Usia 
Menurut Hurlock (1998) usia adalah umur individu
yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari
segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewas akan
lebih dipercaya sebagai akibat pengalaman dan kematangan
jiwanya (Nursalam, 2001 : 134)
 11
2.1.4.3 Pengalaman 
Semakin banyak pengalamanm makin banyak pula
pengetahuan karena pengalaman adalah guru yang baik,
demikian bunyi pepatah yang mengandung maksud bahwa
pengalaman merupakan salah satu cara memperoleh
pengetahuan. 
2.1.4.4 Lingkungan 
Semakin banyak informasi yang diterima seseorang
baik melalui media massa atau media elektronik atau melalui
wawancara dengan Narasumber maka semakin tinggi tingkat
pengetahuan. 

2.1.5 Dampak Pengetahuan 
2.1.5.1 Terhadap Sikap 
Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu Stimulus atau Obyek.
Sikap terdiri dari beberapa tingkatan. 
1. Menerima (Receiving) 
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan Stimulus yang diberikan (obyek). 
2. Merespon (Responding)
Usaha untuk memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 

 12
3. Menghargai (Valueing)
Menghargai orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah 
4. Bertanggung jawab (Responsibility)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah terpilih,
dengan segala resikonya. 
2.1.5.2 Terhadap praktek atau tindakan
Praktek merupakan penilaian atau pendapat terhadap
apa yang diketahui dan proses selanjutnya diharapkan
seseorang akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang
diketahui atau disikapinya (dinilai baik) 
Praktek terdiri dari beberapa tingkatan :
1. Persepsi (perseption) 
Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan
dengan tindakan yang diambil.
2. Respon terpimpin (Guideon Response)
Dapat melakukan sesuatu yang sesuai dengan urutan yang
benar dan sesuai dengan contoh. 
3. Mekanisme (Mechanism)
Melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau
sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan. 
4. Adopsi
Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik (sudah dimodifikasi tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut) 
 13
2.2 Konsep Kehamilan 


2.2.1 Definisi 
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana seorang wanita
mengandung anak didalam rahimnya (Depdikbud, 2001)
1998)
Gravida adalah wanita yang sedang hamil (Ida Bagus Manuaba,

2.2.2 Tanda-tanda pasti (tanda positif) 
• Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga
bagian-bagian janin
• Gerakan jantung janin : 
1. Mendengar dengan Steteskop, monoral laennec
2. Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
3. Dicatat dengan Feto – Elektro Kardiogram
4. Dilihat tulang-tulang janin dalam Foto Rontgen

2.2.3 Lama Kehamilan 
Lama kehamilan yaitu 280 atau 40 pekan (minggu) atau 10
bulan (Unar months). Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester)
a. Kehamilan triwulan I antara 0 – 12 minggu 
b. Kehamilan triwulan II antara 12 – 18 minggu 
c. Kehamilan triwulan II antara 28 – 40 minggu 
 14
2.3 Konsep Aktivitas Seksual 
2.3.1 Definisi
Segala aktivitas yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan
jenis maupun sesama jenis.

2.3.2 Alasan / penyebab ibu hamil tidak melakukan aktivitas seksual 
2.3.2.1 Perubahan bentuk fisik 
Bercinta pada waktu hamil dapat menjadi kaku dan
tidak nyaman karena terhalang oleh perut yang membesar. Dan
ketika kehamilan telah lanjut, perut yang makin membesar
membuat beberapa pasangan merasa lebih baik menyerah saja.
Bentuk tubuh wanita yang berubah juga kadang-kadang
membuat salah satu pasangan merasa menjadi tidak bergairah
(Sujiyatini, 2009) 
2.3.2.2 Takut menyakiti janin atau menyebabkan keguguran
Pada kehamilan yang normal, hubungan seksual tidak
akan menyebabkan kedual hal tersebut. Janin terlindung
bantalan kantong amnion dan rahim, rahim ini terlindung dari
dunia luar oleh sumbatan lendir padat gerbang (Sujiyatini, 2009)
2.3.2.3 Kemarahan yang tidak disadari  
Dari calon ayah terhadap calon ibu, karena ia cemburu
bahwa isterinya sekarang menjadi pusat perhatian. Atau dari
 15
calon ibu terhadap calon ayah karena ia merasa bahwa hanya
dirinya sendirilah yang harus menanggung semua penderitaan,
perasaan-perasaan semacam itu perlu diutarakan dan tidak
mengganggu hubungan seksual di tempat tidur. (Sujiyatini, 2009)

2.3.3 Hubungan seksual yang harus dihindari
Pantangan hubungan seksual yang mungkin dianjurkan untuk
beberapa keadaan berikut : 
• Setiap kali pendarahan yang tidak diketahui sebabnya.
• Selama trimester pertama, bila wanita yang mempunyai riwayat
keguguran atau ancaman keguguran atau menunjukkan tanda-
tanda ancaman keguguran. 
• Selama 8 sampai 12 minggu terakhir, bila wanita mempunyai
riwayat keguguran atau tanda-tanda dari kelahiran dini. 
• Bila membran amnion (selaput ketuban) telah pecah. 
• Bila terjadi placenta previa (plasenta terletak didekat atau diatas
leher rahim sehingga dapat keluar terlalu dini pada hubungan
seksual, menyebabkan pendarahan dan mengancam ibu dan
janinnya)
• Selama trimester terakhir pada kandungan kembar. 
(Sujiyatini, 2009) 


 16
Syarat – syarat melakukan hubungan seksual : 
1. Kehamilan berjalan normal dan tidak ada kontra indikasi yang
membahayakan, seperti pendarahan vagina atau “spotting (bercak
darah)” dan kejang perut yang abnormal. 
2. Pasangan wanita belum pernah mengalami keguguran atau
kelahiran premature. 
3. Kedua menginginkannya. 
(Close, 2008) 

2.3.4 Solusi untuk mengatasi masalah seksual pada masa kehamilan 

Apabila telah disepakati untuk tetap melakukan hubungan
seksual maka : 
“Masturbasi harus dihindari, hal ini disebabkan oleh pendapat yang
mengatakan bahwa orgasme yang diakibatkan oleh masturbasi lebih
kuat jika dibandingkan dengan yang diakibatkan oleh hubungan
seksual. Dan sehubungan dengan keadaan tersebut, maka kontraksi
uterus juga menjadi lebih kuat. 
 17
2.4 Kerangka Konseptual 
















Ket : 
 = Diteliti
 = Tidak diteliti

Kondisi emosi
yang tidak stabil
Menurunnya
gairah seksual 
Ibu Hamil 
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang
Aktifitas Seksual Selama Kehamilan
Hilangnya rasa
percaya diri 
Perubahan
aktifitas seksual
Baik  = 76% – 100%
Cukup = 56% – 75%
Kurang baik  = 40% – 55%
Tidak baik  = < 40%
Rasa cemas yang
berlebihan

 18
3.1 Desain Penelitian 
BAB III
METODE PENELITIAN 

Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian
yang memungkinkan pemaksimalan control beberapa faktor yang bisa
mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2003). Tipe desain penelitian
yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama dengan membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara obyektif. (Nursalam, 2001)

3.2 Kerangka Kerja 
Kerangka kerja merupakan bagian kerja terhadap rancangan kegiatan
penelitian yang akan dilakukan meliputi siapa yang akan diteliti (subyek
penelitian), variabel yang akan diteliti dan variabel yang mempengaruhi
dalam penelitian (Alimul, 2003) 

 19
Penelitian masalah
Gambaran pengetahuan ibu tentang aktivitas seksual selama kehamilan 



Sampel
Ibu hamil yang sesuai dengan kriteria inklusi di Puskesmas Mrican



Teknik sampling
Consecutive Sampling 



Pengumpulan data
Ibu hamil yang bersedia menjadi responden diberi kuesioner untuk diisi ibu
dan setelah selesai diserahkan kembali pada peneliti



Analisa data
Setelah data terkumpul kemudian ditabulasikan dikelompokkan sesuai dengan
sub variabel yang diteliti



Pengetahuan ibu tentang aktivitas seksual selama kehamilan
di Puskesmas Mrian 




1. Baik  = 76% – 100%
2. Cukup = 56% – 75%
3. Kurang baik  = 40% – 55%
4. Tidak baik  = < 40%

Gambar 3.2 Kerangka Kerja Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Aktifitas
Seksual Selama Kehamilan 


 20
3.3 Identifikasi Variabel
3.3.1 Variabel Penelitian 
Dalam hal ini variabel penelitiannya adalah pengetahuan ibu
tentang aktivitas seksual ibu selama kehamilan. Dalam penelitian ini,
peneliti hanya meneliti tingkat pengetahuan “tahu”.

3.4 Definisi Operasional 
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan (Nursalam, 2001 : 44)
Variabel
Definisi
Pengetahuan
ibu tentang
aktivitas
seksual ibu
selama
kehamilan 

Definisi Operasional 
Variabel 
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala Scoring
Merupakan
hasil “tahu”
dari segala
sesuatu
yang
didapat oleh
ibu hamil
baik secara
formal atau
informal 
Pengetahuan
baik, cukup,
kurang baik, tidak
baik, sehubungan
dengan
pengetahuan ibu
tentang
menurunnnya
gairah seksual ibu
selama kehamilan
melalui pendi
dikan, media
massa atau
elektronik,
penyuluhan atau
orang lain tentang
aktivitas seksual
selama kehamilan

Kuesioner Ordinal Menggunakan pertanyaan
dengan jawaban tertutup.
Jawaban
- Jawaban ya = 1
- Jawaban tidak = 0
Yang hasilnya
- Baik = 76%-100%
- Cukup = 56%-75%
- Kurang baik = 40%-56%
- Tidak baik =<40%
 21
3.5 Populasi, Sampel dan Sampling 
1. Populasi 
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut
masalah yang diteliti (Nursalam, 2001 : 64). Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu hamil di Puskesmas Mrican yang memenuhi kriteria
yang ditetapkan. 
Dalam menentukan besarnya populasi dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
 :n
)N(d1
N
+

Keterangan:
2
n : Besar sampel
N : Perkiraan besar populasi
d  : Tingkat ketepataan yang diinginkan (d = 0,05)
(Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan 1993)

2. Sampel 
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (H.A. Aziz,
2003). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berkunjung ke
Puskesmas Mrican. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sample
dengan kriteria sebagai berikut : 
1) Ibu hamil baik primi atau multigravida
2) Pendidikan SD sampai perguruan tinggi.
 22
3) Ibu hamil yang bersedia sebagai responden
4) Mampu baca dan tulis

3. Sampling 
Sampling artinya cara / metode pengambilan sample (Nursalam,
2001 : 65 + 67) 
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik penetapan sampel diantara populasi sesuai dengan
yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi sebelumnya (Nursalam, 2003). 

3.6 Metode Pengumpulan Data
1. Instrumen 
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002). 
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah Quesioner
yaitu sejumlah pertanyaan tertulis dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002) 
2. Lokasi dan waktu penelitian 
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Mrican Kediri. 


 23
3. Prosedur 
Prosedur penelitian ini adalah mengurus perijinan penelitian pada
Kepala Puskesmas Mrican Kediri, untuk sample penelitian memberikan
lembar persetujuan kepada responden. Setelah itu peneliti melakukan
pengumpulan data dengan menggunakan quesioner yang berisi tentang
aktivitas seksual ibu selama kehamilan di Puskesmas Mrican. 

3.7 Metode Analisa Data 
Analisa data adalah kegiatan dalam peneliti dengan melakukan
analisis data yang meliputi persiapan, tabulasi dan aplikasi data (H.A. Azis
Alimul, 2003)
Setelah semua data terkumpul diperiksa kelengkapannya, kemudian
peneliti melakukan analisa data dengan teknik deskriptif kualitatif dengan
prosentase data dari kuesioner yang telah diisi dan diberi skor dengan
menggunakan skala penelitian yaitu jawaban ya = 1, jawaban tidak = 0. Hasil
dari jawaban responden dijumlahkan kemudian dibandingkan, kemudian
X
 N = 
diprosentasekan dengan menggunakan rumus
100% x
Y
Keterangan : 
N  = nilai yang diperoleh 
X = nilai yang didapat dari responden 
Y = skor tinggi maksimal (17) 


 24
Kemudian dianalisa menjadi pengetahuan :
Baik  = 76% – 100%
Cukup = 56% – 75%
Kurang baik = 40% – 55%
Tidak baik  = < 40%
(Arikunto, 1998) 

3.8 Keterbatasan 
Keterbatasan merupakan bagian riset keperawatan yang menjelaskan
keterbatasan dalam penulisan riset (Alimul, 2003). Dalam penelitian ini
keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah : 
1. Instrumen 
Pengumpulan data searah quesioner memungkinkan responden menjawab
dengan tidak jujur atau tidak mengerti dengan pertanyaan yang dimaksud
sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda sehingga hasilnya kurang
mewakili secara kualitas. 
2. Penelitian ini merupakan pengalaman pertama bagi peneliti sehingga
masih banyak kekurangan oleh bahannya sangat diperlukan kritik dan
saran untuk perbaikan di masa mendatang. 
3. Kuesioner belum memenuhi syarat bagi yang tepat karena tidak 
dilakukan uji validitas.
 25
3.9 Etika Penelitian 
Dalam melakukan penelitian, peneliti menganjurkan izin kepada kepala
Puskesmas Mrican dan mengadakan pendekatan kepada ibu-ibu yang datang
ke Puskesmas, setelah mendapatkan persetujuan barulah peneliti melakukan
penelitian dengan membebankan masalah etik dan meliputi : 
1) Informan consent 
Lembar persetujuan diberikan kepada responden kemudian peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian jika responden bersedia diteliti
maka penelitian tidak diteruskan. 
2) Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden pada lembar kuesioner dan lembar tersebut hanya diberi
nomor tertentu. 
3) Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin, hanya kelompok data tertentu
saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (Alimul, 2003).





BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan dari hasil pengumpulan data. Responden dalam penelitian ini
sebanyak 19 orang. Pendeskripsian penelitian dimulai dari dari data yaitu gambaran
lokasi penelitian dan karakteristik responden meliputi umur, pendidikan dan
pekerjaan, selanjutnya data khusus dari hasil penelitian yang dianalisa sesuai variabel
yang diteliti.

4.1  Hasil Penelitian
4.1.1  Data Umum
4.1.1.1  Gambaran Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Mrican Kediri yang mencakup
Kelurahan Mrican, Gayam, Ngampel dan Dermo.








25

4.1.1.2  Karakteristik Responden
1) Berdasarkan Umur

Tabel 4.1  Distribusi data responden berdasarkan umur di Puskesmas Mrican
Kediri Agustus 2006.
Umur Jumlah Prosentase
17 – 21 tahun 1 5,3 %
22 – 27 tahun 6 31,6 %
28 – 33 tahun 9 47,4 %
34 – 39 tahun 3 15,8 %
Total 19 100 %

Dari tabel 4.1 diatas mayoritas responden berumur antara 28-33 tahun
sebanyak 47,4 % (9 responden).
2) Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.2 Distribusi data responden berdasarkan tingkat pendidikan di Puskesmas
Mrican Kediri Agustus 2006.
Pendidikan Jumlah Prosentase
SD 7 36,8 %
SMP 5 26,3 %
SMA 6 31,6 %
PT 1 5,3 %
Total 19 100 %
Dari tabel 4.2 berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden
berpendidikan SD yaitu sebanyak 36,8 % (7 responden).

26

3) Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.3 Distribusi data responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Mrican
Kediri Agustus 2006.

Pekerjaan Jumlah Prosentase
IRT 13 68,4 %
Swasta 5 26,3 %
PNS 1 5,3
Total 19 100 %
Dari diagram 4.3 berdasarkan pekerjaan mayoritas responden bekerja
sebagai ibu rumah tangga sebanyak 68,4% (13 responden)
4.1.2 Data Khusus
Tabel 4.4 Distribusi data responden berdasarkan pengetahuan ibu di Puskesmas
Mrican Kediri Agustus 2006.
Pengetahuan Ibu Jumlah Prosentase
Tidak baik  3 15,8 %
Kurang 8 42,1 %
Cukup 6 31,6 %
Baik 2 10,5 %
Total 19 100 %
Dari tabel 4.4 didapatkan distribusi responden berdasarkan pengetahuan
ibu  mayoritas kurang dengan prosentase 42,1 % (8 responden).



27

Tabel 4.5  Tabulasi silang umur dengan pengetahuan ibu di Puskesmas Mrican
Kediri Agustus 2006.

Pengetahuan Ibu
Umur
Tidak baik
 Kurang Cukup Baik
Total
17 – 21 tahun 0 (0%) 1  (5,3%) 0  (0%) 0 (0 %) 1  (5,3%)
22 – 27 tahun 1 (5,3%) 3 (15,8%) 0 (0%) 2 (10,5%) 6 (31,6%)
28 – 33 tahun 2 (10,5%) 3 (15,8%) 4 (21,1%) 0 (0%) 9 (47,4%)
34 – 39 tahun 0 (0%) 1 (5,3%) 2 (10,5%)  0 (0%) 3 (15,8%) 
Total  3 8 (42,1%) 6 (31,6%)  2 (10,5%) 19 (100 %)

Berdasarkan tabel 4.5 hasil tabulasi silang antara umur dengan pengetahuan
ibu menunjukkan yang tidak baik 1 responden (5,3%) umurnya 22-27 tahun dan 2
responden (10,5%) umurnya 28-33 tahun, sedang untuk yang kurang 1 responden
(5,3%) umurnya 17-21 tahun dan 34-39 tahun dan 3 responden (15,8%) umurnya 2227

tahun dan 28-33 tahun, dan sedangkan untuk pengetahuan ibu yang cukup 2
responden (10,5%) umurnya 34-39 tahun dan 4 responden (21,1%) umurnya 28-33
tahun,. Dan pengetahuan ibu yang baik 2 responden (10,5%) umurnya 22-27 tahun. 










28

Tabel 4.6  Tabulasi silang pendidikan dengan pengetahuan ibu di Puskesmas Mrican
Kediri Agustus 2006.

Pengetahuan Ibu
Pendidikan
Tidak baik
 Kurang Cukup Baik
Total
SD 2 (10,5%) 2  (10,5%) 3  (15,8%) 0 (0 %) 7  (36,8%)
SMP 1 (5,3%) 3 (15,8%) 1 (5,3%) 0 (0 %) 5 (26,3%)
SMA 0 (0%) 3 (15,8%) 1 (5,3%) 2 (10,5%) 6 (31,6%)
PT 0 (0%) 0 (0%) 1 (5,3%)  0 (0%) 1 (5,3%)
Total  3 8 (42,1%) 6 (31,6%)  2 (10,5%) 19 (100 %)

Berdasarkan hasil tabel 4.6 tabulasi silang antara pendidikan dengan
pengetahuan ibu menunjukkan yang tidak baik 2 responden (10,5%) berpendidikan
SD dan 1 responden (5,3%) berpendidikan SMP, untuk pengetahuan ibu yang kurang
2 responden (10,5%) berpendidikan SD dan 3 responden (15,8%) berpendidikan SMP
dan SMA, sedang pengetahuan ibu yang cukup 3 responden (15,8%) berpendidikan
SD dan 1 responden (5,3%) masing-masing berpendidikan SMP, SMA, dan PT. Dan
sedangkan pengetahuan ibu yang baik 2 responden (10,5%) berpendidikan SMA.

29

Tabel 4.7  Tabulasi silang pekerjaan dengan pengetahuan ibu di Puskesmas Mrican
Kediri Agustus 2006.

Pengetahuan Ibu
Pekerjaan
Tidak baik
 Kurang Cukup Baik
Total
IRT 2 (10,5%) 7 (36,8%) 3  (15,8%) 1 (5,3%) 13  (68,4%)
Swasta 1 (5,3%) 1 (5,3%) 2 (10,5%) 1 (5,3%) 5 (26,3%)
PNS 0 (0%) 0 (0%) 1 (5,3%) 0 (0 %) 1 (5,3%)
Total  3 8 (42,1%) 6 (31,6%)  2 (10,5%) 19 (100 %)

Berdasarkan tabel 4.7 hasil tabulasi silang antara pekerjan dengan
pengetahuan ibu menunjukkan pengetahuan ibu yang tidak baik 2 responden (10,5%)
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan 1 responden (5,3%) bekerja swasta, untuk
pengetahuan ibu yang kurang 1 responden (5,3%) bekerja swasta dan 7 responden
(36,8%) bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan pengetahuan ibu yang cukup 3
responden (15,8%) bekerja sebagai ibu rumah tangga, 2 responden (10,5 %) bekerja
Swasta, dan 1 responden (5,3%) bekerja sebagai PNS. Dan pengetahuan ibu yang
baik masing-masing 1 responden (5,3 %) bekerja ibu rumah tangga dan swasta.









30

4.2  Pembahasan 

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Mrican Kediri 2006
diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang aktivitas seksual selama kehamilan bisa
dibilang kurang untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai  berikut :
4.2.1 Pengetahuan ibu 
Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Mrican Kediri Agustus 2006,
mayoritas dari 19 responden pengetahuan ibu tentang aktivitas seksual selama
kehamilan kurang, hal ini ditunjukkan dari tabel 4.4 sebanyak 42,1% (8 responden). 
Menurut Lose Sylvia  (1998 : 1), beberapa penelitian menentukan bahwa
hubungan seksual itu sendiri tidak membahayakan kehamilan yang normal dan tidak
menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur. Jika hubungan seksual dapat
menghentikan kehamilan dengan begitu mudahnya, maka ini merupakan cara
sederhana untuk menghindari bayi yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu asumsi peneliti tentang responden mempunyai pengetahuan
kurang tentang hubungan seksual selama kehamilan ini terjadi karena mereka tidak
begitu memperdulikan tentang adanya gangguan kehamilan pada waktu mereka
melakukan seksualitas.


31

4.2.2 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Aktivitas Seksual selama Kehamilan Pada

Umur
Dari hasil penelitian di Puskesmas Mrican Kediri Agustus 2006, tabel 4.5
menunjukkan dari 19 responden pengetahuan ibu tentang aktivitas  seksual selama
kehamilan kurang berumur antara 22-33 tahun sebanyak 31,6 % (6 responden). 
Menurut Hurlock (1998) usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya sebagai
akibat pengalaman dan kematangan jiwanya (Nursalam, 2001 : 134)
Gambaran ini dimungkinkan semakin bertambahnya umur mereka semakin
menambah pengalaman bahwa hubungan seksual selama kehamilan tidak
mempengaruhi kehamilan itu sendiri.
4.2.3 Gambaran Pengetahuan Ibu Pada Tingkat Pendidikan
Dari hasil penelitian di Puskesmas Mrican Kediri Agustus 2006, tabel 4.6 dari
19 responden pengetahuan ibu tentang aktivitas  seksual selama kehamilan kurang
sebanyak 31,6% (6 responden) berpendidikan SMP dan SMA. 
Menurut Soewarno (1992), Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu
(Nursalam, 2001 : 132). Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga
32

dapat meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan menurut Kuncoroningrat (1997)
makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang
baru diperkenalkan (Nursalam, 2001 : 132)

Hal ini terjadi karena dimungkinkan para responden tidak terlalu memikirkan
bahwa semakin tinggi pendidikan harus berpengetahuan luas khususnya  tentang
hubungan seksual selama kehamilan.
4.2.4. Gambaran Pengetahuan Ibu Pada Pekerjaan 
Dari hasil penelitian di Puskesmas Mrican Kediri Agustus 2006, tabel 4.6 dari
19 responden pengetahuan ibu tentang aktivitas  seksual selama kehamilan kurang
sebanyak 36,8% (7 responden) bekerja sebagai ibu rumah tangga. 
Semakin banyak pengalaman makin banyak pula pengetahuan karena
pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah yang mengandung
maksud bahwa pengalaman merupakan salah satu cara memperoleh pengetahuan. Hal
ini menujukkan para ibu yang mengalami kehamilan itu sendiri justru tidak memiliki
pengetahuan yang baik tentang hubungan seksual selama kehamilan. Mereka lebih
mementingkan pengalaman mereka sendiri semasa kehamilan dulu. Bagi para
responden yang baru mengalami kehamilan pertama mereka lebih percaya responden
yang sudah mengalami kehamilan lebih dari satu kali.
33



BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan membahas kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran bagi
pihak-pihak yang terkait.
5.1 Kesimpulan 
 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :
5.1.1 Pengetahuan ibu tentang hubungan seksual selama kehamilan
Sebagian besar responden di Puskesmas Mrican Kediri kurang
mempunyai pengetahuan tentang hubungan seksual selama kehamilan sebanyak
42,1% (8 responden). 
5.1.2 Pengetahuan ibu tentang hubungan seksual selama kehamilan pada status sosial 

Sebagian besar responden di Puskesmas Mrican Kediri mempunyai
pengetahuan kurang tentang hubungan seksual selama kehamilan berumur 22-
33 tahun sebanyak 31,6 % (6 responden), berpendidikan SMP dan SMA
sebanyak 31,6% (6 responden), dan bekerja sebagai ibu rumah tangga 36,8 % (7
responden).




34

5.2 Saran 
5.2.1 Bagi instansi terkait 

Diharapkan instansi terkait (Puskesmas) untuk memberikan penyuluhan
peningkatan pengetahuan ibu tentang hubungan seksual selama kehamilan pada
masyarakat  di Mrican Kediri.
5.2.2 Bagi responden 
Diharapkan para responden mau meningkatkan pengetahuan tentang
pentingnya hubungan seksual selama kehamilan.
5.2.3 Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar serta gambaran untuk
penelitian lebih lanjut dengan menggunakan instrumen lain yang lebih tepat,
sehingga memberikan hasil maksimal.
35