Monday, August 22, 2011

Kesuksesan Materi

Setuju atau tidak?

Jika setuju - bagaimana? Jika tidak - kenapa?

Semua diantara kita pasti akan sependapat jika saya mengatakan bahwa kita semua mempunyai keinginan yang sama dalam hidup kita ini yaitu ingin mencapai keberhasilan / sukses yang setinggi-tingginya.

Kesuksesan adalah derajat keberhasilan seseorang dalam pemenuhan subjective terhadap kebutuhan hidupnya (material maupun spiritual baik secara quantitative maupun qualitative). Mengejar kesuksesan hidup (secara keseluruhan) memang merupakan idaman bagi setiap orang. Yang menjadi permasalahan, adalah bahwa kesuksesan itu kerap kali terasa sebagai sesuatu hal yang tidak mudah atau bahkan sangat sukar sekali untuk dicapai bagi kebanyakan orang. Dan pada skala yang lebih extreme bahkan dapat terasa sebagai hal yang tidak mungkin dapat dicapai oleh sekelompok orang tertentu.


Kebanyakan orang sukses merasa belum sukses

Ceritanya ada seorang wartawati muda dan cantik yang baru saja memulai karier jurnalistiknya. Dalam salah satu karya tulisannya, ia mencoba mengadakan penyelidikan tentang kesuksesan dari tokoh-tokoh berhasil yang sudah kondang dari negeri ini.

Pada satu kesempatan wawancara dengan tokoh A, dia bertanya "Bagaimana pendapat Bapak mengenai kesuksesan yang telah dicapai?" Tokoh A: "Sebenarnya saya masih belum pantas untuk dikatakan sukses karena pada kenyataannya keberhasilan saya sekarang ini adalah peninggalan jerih payah orang tua yang diberikan kepada saya".

Kemudian pada kesempatan yang lain wartawati itu mengajukan pertanyaan yang sama pada tokoh B, yang dijawab: "Semua ini adalah kebetulan karena saya mendapatkan bantuan dan dukungan dari seseorang (tidak etis menyebut namanya)"

Wawancara ketiga dengan tokoh C, dia mendapat jawaban: "Bagaimana saya dapat dikatakan sukses sedangkan apa yang seharusnya dapat saya capai sebenarnya lebih dari hanya yang seperti ini, karena ....bla....bla....".

Setelah menjumpai sekian banyak tokoh-tokoh akhirnya wartawati tadi berhasil menemui tokoh X yang merupakan tokoh sukses pekerja keras yang meniti kariernya dari bawah dan benar-benar dengan kemampuan dirinya sendiri. Dengan pertanyaan yang sama dia mendapatkan jawaban: "Saya mungkin kelihatan berhasil / sukses, tetapi terus terang saya tidak bahagia, karena .... bla ... bla ....(penjelasan panjang) ....bla....bla...! Apa yang kamu lihat itu khan cuma dari luarnya saja...!"

Mendapati kenyataan bahwa hampir semua orang yang dipandang sudah suksespun masih merasa dirinya belum berhasil / sukses seperti yang dipandang orang lain, maka timbullah pertanyaan dalam benak wartawati itu:


  • "Apakah ini mencerminkan sikap kerendahan hati mereka?
  • "Apakah mungkin itu adalah merupakan sikap positif yang selalu dinamis dan optimis untuk selalu maju mengejar yang tetinggi dan lebih baik lagi?"
  • "Atau justru kemunafikan dan keserakahan yang sampai menguburkan kemampuan mereka untuk mendapatkan rasa kepuasan atas apa yang telah dicapainya?"
Itu adalah sebagian alternative penilaian orang yang tentunya bisa benar dan salah? Bagaimana menurut anda?


Materi

Dalam belajar Tao () ada "Lima Bahagia" yang merupakan tujuan hidup yang diidamkan, meliputi:

  1. Rejeki (kemakmuran)
  2. Kedudukan (jabatan dan prestasi)
  3. Usia panjang (kesehatan)
  4. Kekayaan (materi dan rohani)
  5. Keturunan yang baik-baik (keluarga bahagia)
Lima bahagia ini mungkin dapat kita pakai sebagai barometer kesuksesan diluar keberhasilan dalam mencapai Tao-nya tentu saja.

Jika kesuksesan dapat kita anggap sebagai kondisi / tingkat kualitas kehidupan seseorang, yang merupakan akumulasi hasil kemampuan dan usahanya, maka seharusnya setiap individu harus dapat menyadari dan meletakkan dirinya pada titik posisi diri yang tepat (sesuai kondisi dirinya masing-masing) untuk kemudian terus berusaha dalam interaksi positif dengan lingkungannya untuk mencapai kesuksesan (secara keseluruhan).

Dalam kenyataan sehari-hari, biasanya gambaran seseorang mengenai kesuksesan / keberhasilan masa depannya lebih bersifat subjective. Subjektifitas ini dibentuk oleh pengaruh dari dalam diri (internal) maupun dari masyarakat / lingkungan (external).

Hal inilah yang membuat sebagian besar pandangan orang terhadap pengertian kesuksesan itu tidak proposional (tidak seimbang pada tempatnya), cenderung berat sebelah yaitu ke masalah materi dan cenderung menggunakan kacamata orang lain untuk menilai dirinya sendiri.

Hal tersebut di atas terjadi karena pada kenyataannya adalah memang lebih sulit untuk mengenal diri sendiri daripada melihat sesuatu ke orang lain.

Sesuatu yang dapat dilihat secara visual (materi) akan lebih mudah untuk dijadikan ukuran kesuksesan. Terlebih lagi, bahwa sudah menjadi kodrat manusia untuk ingin menjadi "lebih", dan tidak mengenal rasa puas.

Makanya kebanyakan orang cenderung untuk selalu "melihat ke atas", daripada "melihat ke bawah". Contohnya: seseorang yang sudah hidup berkecukupan secara materi, tetapi merasa kehidupan keluarganya (hubungan dengan anak istri) terlalu dingin, kemudian dia ingin memperbaiki keadaan. Tetapi konyolnya yang dilakukan justru adalah dengan menambah jam kerja dan kesibukan bisnisnya, yang menurut dia dapat memancing rasa semakin saling membutuhkan dan keterikatan antara dia dengan anak istrinya. Ironisnya, yang terjadi adalah anak istrinya justru merasa tidak diperhatikan. Seterusnya gejala ini biasanya akan cenderung berkembang kearah yang kurang positif.

Saya setuju sekali untuk mengatakan bahwa jika dapat menguasai materi, kita akan relatif lebih mudah menyelesaikan permasalahan dan tekanan hidup duniawi. Tetapi tentunya jika tidak disertai pemahaman yang cukup, kecenderungan yang sering terjadi adalah orang menjadi sangat tergantung pada materi, dimana posisi utama dalam kehidupan sebagai senjata pamungkas untuk membeli bahkan menciptakan kepuasan batinnya.

Nah sampai disini pesannya adalah: "Materi tetap bukan segalanya lho...!"

Nah kembali lagi, walaupun mengejar dan terus mengejar keberhasilan dan kesuksesan (biarpun hanya materi saja) tetap relevan, berguna dan memberikan manfaat terhadap pemenuhan kebutuhan hidup setiap orang dan juga kepuasan aktualisasi dirinya, walaupun pada akhirnya kesadaran kita akan terbentur pada kenyataan bahwa kesuksesan / keberhasilan selalu tidak ada batasnya.

Dan yang lebih penting: keberhasilan secara materi saja tanpa diimbangi pencapaian aspek batin / moral hanya membawa kekosongan dalam hidup kita.

Lho, bukankah kita belajar Tao () untuk mencapai kosong?

Bagi yang hobby "gathuk-gathuk" (asal nyambung). Sorry ye ...!, ini nggak ada hubungannya!

Memang begitulah keberadaan materi, justru sebagai seorang Tao Yu ( ) kita harusnya bisa menempatkan diri pada posisi dan porsi yang tepat.

Jadi kita perlu mengenal diri kita dengan lebih baik. Kita sebagai manusia membutuhkan materi dan spiritual sama pentingnya. Oleh karena hanya melalui kedua-duanya kita bisa mengatasi kesemuanya. Jika kita bisa memahami diri kita apa adanya dan juga mengerti arti keberadaan materi, maka baru saya sangat setuju jika ada yang mengatakan kita harus mengejar materi sebanyak-banyaknya!

Untuk sukses tentu saja tidak hanya ada satu jalan saja, karena ternyata semua jalan yang ada pada dasarnya dapat membawa kita menuju ke kesuksesan. Adapun tentunya masing-masing individu yang ingin sukses haruslah mempunyai dan menanamkan sifat-sifat positif sebagai modal utama untuk memetik kesuksesan tersebut pada saatnya. Adapun sifat dan kebiasaan yang harus dimiliki adalah:

  1. Working habit
    Sifat dan kebiasaan dasar yang dimiliki semua orang sukses adalah sifat dan kebiasaan untuk bekerja. Didalam sifat dan kebiasaan bekerja pada orang sukses biasanya tercermin semangat keberanian, kerajinan, keuletan, dan tahan banting sehingga biasanya seseorang dijuluki "hard worker" (pekerja keras). Tetapi tentunya untuk jaman sekarang ini kita juga harus "membuka mata" terhadap pengetahuan dan teknologi modern yang ada untuk lebih menunjang kemampuan kerja kita sehingga sekarang sering kita dengar juga istilah "work smart" (bekerja secara cerdik). Rasanya jika kita dapat menggabungkan keduanya secara proposional dan efektif, maka hasil optimum dapat dicapai.
  2. Prospecting habit
    Kebiasaan untuk selalu mencari dan menyiapkan alternatif-alternatif jalan keluar dan prospek untuk selalu maju. Bagi orang sukses / calon orang sukses tidak pernah ada kata "tidak bisa" atau "jalan buntu", karena mereka selalu bisa mencari atau menyiapkan jalan alternatif dan prospek lain sebagai jalan keluar yang pada akhirnya selalu membawa mereka pada langkah selanjutnya yang lebih kedepan. Dalam pengertian yang lebih dalam juga termasuk usaha-usaha untuk selalu memperbaiki dan menyempurnakan usaha yang telah dilakukan sehingga dapat selalu berkembang mengikuti segala perubahan situasi dan kondisi yang pada akhirnya akan selalu menempatkan dirinya pada posisi yang terbaik atau minimal didalam kelompok yang terbaik. Intinya: "jangan mati di satu titik".
  3. Selling habit
    Sifat dan kebiasaan mampu menjual ini mau tidak mau harus dimiliki semua orang yang ingin sukses terlepas dari apapun latar belakang disiplin ilmu dan profesi yang dijalaninya, karena untuk mencapai tingkat yang cukup tinggi sehingga dapat memetik buah kesuksesan tersebut, selalu harus ada pembuktian dan pengakuan dari banyak orang yang intinya "kepercayaan" yang diberikan pada kita. Tanpa adanya "selling point / daya jual" yang kuat adalah sangat mustahil kita dapat merebut kepercayaan yang tulus dari begitu banyak orang untuk cukup menjadikan kita sebagai seseorang yang dapat dikategorikan sukses.
  4. Discipline habit
    Adalah juga salah satu sifat dan kebiasaan dasar dari orang sukses, dimana orang-orang yang sukses selalu mempunyai pandangan-pandangan yang sangat prinsip dalam hal pengelolaan dan perhitungan waktu / materi secara hukum ekonomi yang dalam pelaksanaan praktisnya diterapkan dalam disiplin yang sangat ketat. Kebiasaan berdisiplin ini sudah diakui dan terbukti sebagai suatu sikap kelakuan yang baik yang harus dimiliki oleh setiap orang. Didalam disiplin ini termuat juga sifat-sifat konsisten, bertanggung jawab, ulet, dan sabar.

Faktor X

Ada tidaknya faktor X (keberuntungan atau kenaasan) memang kadangkala justru menjadi faktor penentu hasil akhir pada kenyataannya, tetapi hal ini tidak dapat kita asumsikan pada setiap awal usaha kita karena akan cenderung membuat semua pertimbangan kita mengandung unsur spekulasi yang sangat tinggi. Faktor X ini (ada atau tidak) lebih baik tidak perlu terlalu kita risaukan, karena saya yakin hanya dengan pengerahan seluruh kemampuan dan usaha kita yang terbaik secara berkesinambunganlah yang pada akhirnya akan membuktikan segalanya.

Nah itulah sekuntum bahasan praktis yang saya sarikan dari pengamatan sehari-hari. Tidak dapat disangkal juga bahwa mungkin ada hal yang tidak mutlak atau bahkan dapat diabaikan sama sekali dalam pelaksanaannya berkaitan dengan masing-masing individu, akan tetapi disini saya hanya ingin menyampaikan "sesuatu yang pada umumnya", yang saya sendiri juga merasa sangat memerlukannya sebagai komponen diri yang positif. Diluar hal-hal tersebut diatas yang sangat ringkas tentunya dapat dimunculkan sangat banyak hal yang dapat dibahas satu-persatu yang juga semoga ada manfaat-manfaatnya.

Demikian penulisan ini semoga dapat memberikan nuansa pandangan yang lain, yang minimal dapat dipakai sebagai bahan penyegaran.

No comments:

Post a Comment